Profil Desa Murtirejo
Ketahui informasi secara rinci Desa Murtirejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Murtirejo di Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, merupakan pusat industri genteng Sokka yang vital. Dengan pemerintahan aktif, potensi ekonomi beragam, dan budaya yang lestari, desa ini terus berkembang di tengah rencana proyek strategis nasional.
-
Pusat Industri Genteng
Murtirejo adalah sentra utama produksi genteng Sokka di Kebumen, yang menjadi penggerak utama perekonomian dan lapangan kerja bagi masyarakat lokal.
-
Tata Kelola Pemerintahan Adaptif
Pemerintah desa menunjukkan kinerja transparan melalui publikasi APBDes dan proaktif dalam pembangunan infrastruktur serta program pemberdayaan masyarakat seperti PTSL.
-
Persimpangan Tradisi dan Modernitas
Desa ini berhasil melestarikan tradisi budaya seperti "Metet" di tengah tantangan modern, termasuk rencana pembangunan Tol Yogyakarta-Cilacap yang akan berdampak pada wilayahnya.

Murtirejo merupakan salah satu dari 29 desa/kelurahan di Kecamatan Kebumen yang memiliki peran signifikan. Letaknya yang dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten membuatnya menjadi kawasan yang dinamis. Aktivitas ekonomi yang didominasi oleh kerajinan genteng telah menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat selama beberapa generasi, sementara sektor pertanian dan geliat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) turut memberikan warna pada perekonomian desa. Dalam beberapa tahun terakhir, Murtirejo juga menjadi sorotan seiring dengan rencana pembangunan infrastruktur skala nasional yang akan melintas di wilayahnya, membawa tantangan sekaligus peluang baru bagi masa depan desa.
Geografi dan Demografi
Secara geografis, Desa Murtirejo berada pada koordinat 7°42′35″S 109°40′6″E. Sebagai bagian dari wilayah Kecamatan Kebumen, desa ini menempati lahan yang relatif datar dengan ketinggian rata-rata sekitar 20 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan data dari publikasi "Kecamatan Kebumen dalam Angka 2024" yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kebumen, Desa Murtirejo memiliki luas wilayah 1,29 kilometer persegi (1,29 km2).
Dengan luas tersebut, Desa Murtirejo dihuni oleh 5.768 jiwa yang terdiri dari 2.871 penduduk laki-laki dan 2.897 penduduk perempuan. Dari data ini, tingkat kepadatan penduduk Desa Murtirejo mencapai sekitar 4.471 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan tingkat pemukiman yang cukup padat, khas wilayah penyangga perkotaan.
Secara administratif, Desa Murtirejo memiliki batas-batas wilayah yang jelas dengan desa-desa tetangganya. Di sebelah utara, desa ini berbatasan langsung dengan Desa Jatisari dan Desa Adikarso. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalibagor. Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Depokrejo, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kawedusan. Lokasinya yang diapit oleh desa-desa lain di jantung kecamatan menjadikan interaksi sosial dan ekonomi berjalan dengan intensitas tinggi.
Pemerintahan dan Tata Kelola Desa
Roda pemerintahan di Desa Murtirejo berjalan secara aktif dan transparan, yang dapat dipantau melalui laman resmi desa. Pemerintah desa, yang dipimpin oleh seorang kepala desa, berkomitmen untuk mewujudkan tata kelola yang akuntabel. Hal ini dibuktikan dengan publikasi rutin Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), seperti yang telah dilakukan untuk tahun anggaran 2024. Keterbukaan informasi ini menjadi salah satu pilar utama dalam membangun kepercayaan masyarakat.
Di bawah kepemimpinan Nurchamid untuk periode 2019-2025, pemerintah desa memfokuskan program kerjanya pada pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu proyek yang telah direalisasikan yaitu pembangunan jalan desa menggunakan hotmix yang sumber dananya berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Dana Desa tahun 2023. Proyek ini mencakup pengaspalan jalan sepanjang 234 meter dengan lebar 3 meter, yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah dan memperlancar aktivitas ekonomi warga.
Selain pembangunan fisik, pemerintah desa juga aktif berkolaborasi dengan instansi pemerintah kabupaten dan pusat. Pada akhir tahun 2023, bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN), sebanyak 323 sertifikat tanah diserahkan kepada warga melalui program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Menurut Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto, saat acara penyerahan, program ini memberikan kepastian hukum atas kepemilikan tanah warga, yang tidak hanya mengurangi potensi sengketa tetapi juga dapat menjadi modal akses ke lembaga keuangan formal.
Potensi Ekonomi dan Pembangunan
Denyut ekonomi Desa Murtirejo sangat identik dengan industri genteng. Sejak lama, desa ini menjadi salah satu pilar utama produsen genteng Sokka Kebumen yang kualitasnya telah diakui secara luas. Hampir di setiap sudut desa dapat ditemui aktivitas produksi, mulai dari pengolahan tanah liat, pencetakan, hingga pembakaran. Industri ini tidak hanya menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian besar keluarga, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi ratusan warga, baik sebagai perajin, pekerja produksi, maupun distributor. Keterampilan membuat genteng diwariskan secara turun-temurun, menjadikannya sebagai sebuah warisan kejuruan yang tak ternilai.
Selain industri genteng, sektor pertanian juga masih memberikan kontribusi, meskipun tidak sebesar sektor industri. Lahan pertanian yang ada dimanfaatkan warga untuk menanam padi dan tanaman palawija, terutama untuk memenuhi kebutuhan subsisten. Kegiatan tanam padi secara serentak pada musim tanam pertama menjadi penanda bahwa sektor agraris masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Murtirejo.
Di sisi lain, perkembangan zaman turut mendorong munculnya berbagai UMKM di luar sektor genteng. Warung kelontong, usaha kuliner, jasa, dan bengkel menjadi pelengkap dinamika ekonomi desa. Pemerintah desa juga terus mendorong pemberdayaan, salah satunya melalui program pelatihan seperti "Pola Asuh Anak dan Remaja di Era Digital", yang menunjukkan kesadaran akan pentingnya pengembangan sumber daya manusia di tengah tantangan modern.
Ke depan, Desa Murtirejo dihadapkan pada proyek strategis nasional pembangunan jalan tol Yogyakarta-Cilacap. Rencana ini menempatkan Murtirejo sebagai salah satu desa yang wilayahnya akan terdampak pembebasan lahan. Proyek ini membawa dua sisi mata uang: di satu sisi, ia menjanjikan peningkatan konektivitas dan potensi pertumbuhan ekonomi baru; di sisi lain, ia menimbulkan tantangan terkait dampak sosial dan alih fungsi lahan yang memerlukan mitigasi cermat dari semua pemangku kepentingan.
Kehidupan Sosial dan Budaya
Masyarakat Desa Murtirejo memegang teguh nilai-nilai sosial dan tradisi budaya yang diwariskan leluhur. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini yaitu "Metet" atau "Srakalan". Tradisi ini merupakan upacara syukuran yang diadakan pada hari ketujuh setelah kelahiran seorang bayi. Keluarga akan mengundang tetangga dan kerabat untuk mendoakan sang bayi, yang diiringi dengan acara selamatan. Tradisi ini menjadi medium untuk mempererat tali silaturahmi dan gotong royong antarwarga.
Menurut cerita tutur yang berkembang di masyarakat, sejarah Desa Murtirejo tidak terlepas dari peran lima tokoh ulama yang diyakini sebagai cikal bakal penduduk desa. Kelima tokoh tersebut, yakni Syekh Derpanangga, Syekh Singapada, Syekh Wangsapada, Syekh Singamenggala, dan Syekh Longkawa, menyebarkan ajaran Islam dan membuka permukiman yang kini berkembang menjadi dusun-dusun di Murtirejo, seperti Dusun Karangtembok. Legenda ini menjadi bagian dari memori kolektif warga dan pengingat akan akar sejarah desa.
Kegiatan keagamaan, seperti tahlilan rutin, juga memiliki peran sosial yang kuat. Lebih dari sekadar ritual, forum ini berfungsi sebagai lembaga mediasi informal dan wadah penguatan solidaritas sosial. Melalui kas jamaah, warga dapat saling membantu ketika ada yang tertimpa musibah atau membutuhkan dana untuk keperluan mendesak.
Dengan perpaduan antara kekuatan industri warisan, tata kelola pemerintahan yang adaptif, dan kehidupan sosial-budaya yang guyub, Desa Murtirejo menunjukkan wajah sebuah desa yang produktif. Sembari terus memutar roda industri gentengnya, masyarakat dan pemerintah desa bersiap menyongsong babak baru pembangunan, berupaya mengubah tantangan menjadi peluang untuk kemajuan bersama.